Ini adalah tulisan yang panjang
Syech Arsyad Al Banjary
warga al Banjary Tulungagung Insya Allah nasabnya banyak yang bermuara kepada Datoek Kalampaian Syech Arsyad Al Banjary, dan setiap tahun selalu mengadakan haul akbar di Tulungagung,dan dihadiri seluruh warga al Banjary yang tinggal di Tulung agung dan sekitarnya.
Pendopo Kab. Tulungagung
Pendopo yang letaknya berdekatan dengan kampung banjar menjadi tempat bermain masa kecilku sebelum ditutup tembok pembatas,setelah sekian tahun inklusif,sekarang setiap Minggu pagi kembali ramai dikunjungi warga Tulungagung
Tulungagung sebuah kabupaten diwilayah Selatan Prop.Jawa Timur,kota yang penuh dengan sejarah kehidupanku karena aku terlahir disana. Penduduk yang terdiri dari berbagai suku ada dikota itu,termasuk suku Kalimantan atau yang biasa orang2 sebut sebagai suku/orang Banjar.
Saya tidak tahu sejak kapan suku banjar datang ke Tulungagung.
Sejak kecil aku telah kental dengan budaya dan tradisi banjar,karena pernah tinggal di desa Kampung Dalem kulon, tepatnya di Jl. Basuki Rahmat II dimana komunitas orang orang Banjar berada. .
Dan hingga saat inipun setelah Kampung Dalem Kulon semakin padat dengan pertambahan anak cucu akhirnya sebagian mulai menyebar keluar ds.Kampung Dalem ,termasuk saya sendiri yang akhirnya tinggal di Ds Kepatihan Tulung agung.sejak tahun 1983.
Sampai sekarang meskipun keluarga banjar banyak tersebar diluar Kampungdalem kulon, tetapi kegiatan tetap dipusatkan di Masjid Darussalam Kampungdalem,salah satunya adalah amaliah diba' al Muhibbin al Banjary setiap malam Sabtu.
Generasi muda al Banjary biasa menyebut hadrah qosidah ini dengan "diba'an", dimana pada amaliah ini adalah pembacaan sholawat maulid diba' disertai qasidahnya dari kitabnya Syech Abdurahman addiba'i.
Dari saya kecil hingga sekarang irama qasidahnya tidak ada yang berubah, bahkan terbang / rebana yang dipergunakan juga peninggalan para tetua al Banjary yang kini telah meninggal dunia.
Masih segar dikenangan masa kecil, melihat pamanku yang juga salah satu pemukul terbang al Banjary selalu membetulkan rebana-rebana tadi,dan setelah generasi berganti, terbang/rebana yang kulihat dimasa kecil dulu tetap utuh terawat, sampai sekarang tetap digunakan.
Satu perasaan yang lain kurasakan ketika aku berkesempatan menggunakan terbang para tetua al Banjary,sesuatu yang menggejolak dihati ketika tanganku memukul rebana tsb mengikuti lantunan qosidah maulid diba' sungguh luar biasa.
Diba'an nilah peninggalan tetua al Banjary Tulung agung yang terus terjaga hingga sekarang meskipun zaman semakin modern,tetapi alhamdulillah diba'an terus istiqomah.
Menara Masjid Darussalam Kampung dalem Tulungagung Dimasjid Darusalam inilah setiap kegiatan al Banjary dipusatkan untuk menjaga tali silaturahmi
Tausiah setelah amaliah diba'an diselipkan siraman rohani dalam suasana yang ringan dan kekeluargaan dipandu Ustd. H.Rofii Hasan
sementara sampai sini dulu ceritaku, masih banyak yang belum kutulis seputar al Banjary Tulungagung ,sambungannya akan saya tulis diwaktu mendatang
Tulungagung sebuah kabupaten diwilayah Selatan Prop.Jawa Timur,kota yang penuh dengan sejarah kehidupanku karena aku terlahir disana. Penduduk yang terdiri dari berbagai suku ada dikota itu,termasuk suku Kalimantan atau yang biasa orang2 sebut sebagai suku/orang Banjar.
Saya tidak tahu sejak kapan suku banjar datang ke Tulungagung.
Sejak kecil aku telah kental dengan budaya dan tradisi banjar,karena pernah tinggal di desa Kampung Dalem kulon, tepatnya di Jl. Basuki Rahmat II dimana komunitas orang orang Banjar berada. .
Dan hingga saat inipun setelah Kampung Dalem Kulon semakin padat dengan pertambahan anak cucu akhirnya sebagian mulai menyebar keluar ds.Kampung Dalem ,termasuk saya sendiri yang akhirnya tinggal di Ds Kepatihan Tulung agung.sejak tahun 1983.
Sampai sekarang meskipun keluarga banjar banyak tersebar diluar Kampungdalem kulon, tetapi kegiatan tetap dipusatkan di Masjid Darussalam Kampungdalem,salah satunya adalah amaliah diba' al Muhibbin al Banjary setiap malam Sabtu.
Generasi muda al Banjary biasa menyebut hadrah qosidah ini dengan "diba'an", dimana pada amaliah ini adalah pembacaan sholawat maulid diba' disertai qasidahnya dari kitabnya Syech Abdurahman addiba'i.
Dari saya kecil hingga sekarang irama qasidahnya tidak ada yang berubah, bahkan terbang / rebana yang dipergunakan juga peninggalan para tetua al Banjary yang kini telah meninggal dunia.
Masih segar dikenangan masa kecil, melihat pamanku yang juga salah satu pemukul terbang al Banjary selalu membetulkan rebana-rebana tadi,dan setelah generasi berganti, terbang/rebana yang kulihat dimasa kecil dulu tetap utuh terawat, sampai sekarang tetap digunakan.
Satu perasaan yang lain kurasakan ketika aku berkesempatan menggunakan terbang para tetua al Banjary,sesuatu yang menggejolak dihati ketika tanganku memukul rebana tsb mengikuti lantunan qosidah maulid diba' sungguh luar biasa.
Diba'an nilah peninggalan tetua al Banjary Tulung agung yang terus terjaga hingga sekarang meskipun zaman semakin modern,tetapi alhamdulillah diba'an terus istiqomah.
Menara Masjid Darussalam Kampung dalem Tulungagung Dimasjid Darusalam inilah setiap kegiatan al Banjary dipusatkan untuk menjaga tali silaturahmi
Amaliah Maulud Diba' Al Banjary kini semakin diminati oleh jama'ah diluar al Banjary Tulungagung dengan peralatan khas diba'an rebana. |
Tausiah setelah amaliah diba'an diselipkan siraman rohani dalam suasana yang ringan dan kekeluargaan dipandu Ustd. H.Rofii Hasan
sementara sampai sini dulu ceritaku, masih banyak yang belum kutulis seputar al Banjary Tulungagung ,sambungannya akan saya tulis diwaktu mendatang
syukurlah amaliah maulid masih bisa bertahan di tengah gerusan informasi dan teknologi yang menggila.. mudah2an anak keturunan kita (terutama saya sendiri) bisa selamat dari rusaknya zaman.. amin
BalasHapusalhamdulillah
BalasHapus